Elipsis adalah salah satu seri blue zine yang hadir untuk memanggil pulang apa yang hilang, berusaha dihilangkan dan disembunyikan dari puan. Elipsis bagiku adalah upaya-upaya menemukan dan merangkul diri kembali.
Label Harga
Mereka bilang
cukup berikan
dia tiga ratus ribu
putus sekolah
dan terlalu muda
mereka bilang
cukup berikan
dia lima ratus ribu
sudah janda
jangan lupa tanpa pesta
mereka bilang
tak apa, memang pantas
berikan dia
lima puluh juta
atau yang diminta
kan kau tahu
pendidikannya,
orang tuanya
mereka bilang
berikan saja
dia tiga juta
baik tapi biasa saja
aku penasaran untukku
kira-kira berapa
namun
sebelum mereka beri label harga
aku sudah melepasnya
sebab dia dan aku
sama berharga tanpa label harga
Overripe
when I’m teen I got my penalty
they give me a price tag,
Overripe,
they say I’m overripe
I ask, “What is overripe?”
and they gave me a myth
a myth of something
too big, too bloom, too pretty
that’s the myth about being overripe
Bukan Vas Bunga
“Saat itu, aku tidak bisa berharap apa-apa lagi.”
ucapnya yang juga menjadi
waktu itu
waktu merupa tembok licin, larat didaki
kulirik vas bunga larutkan dirinya pada api
sayang cela belah tak sudi sirna
Apalah daya
ia hanya vas bunga
kata mereka,
tidak akan pula jadi semula!
maka jangan berulah cela sampai-sampai kena noda!
Sekali ternoda takkan sirna diseka
pada muka vas bunga kulihat diriku ini
ini diriku! milikku satu-satunya
milikku yang berharga tanpa harga akan selalu berharga.
hingga mati pun tak tertawar harganya.
Aku Juga
Aku tahu jari-jarimu mungkin masih biru
saat kau katakan,
aku juga
Aku tahu otakmu masih terasa beku
saat kau katakan,
aku juga
Aku melihat matamu masih ungu
saat kau katakan,
aku juga
Tapi percayalah,
meski langit jadi serpihan abu
dan lidahmu terpaku
dan rona ungu pada senja menghitam
aku akan menggenggam tanganmu
karena aku juga
Diri
kugrayangi diriku
ngeri
hanya duri kudapati
kugiring diri kepada cermin
kemana tangan dan kakiku?
kemana jantungku?
kemana mulut dan telingaku?
ngeri
hanya mata sendiri
aku menari ke sana kemari
kudapati jantungku
di tengah daging-daging
didagangkan
aku menari hari demi hari
kudapati tanganku dalam laci
terkunci
selama ini aku
hanya berlari tanpa henti
kudapati mulut juga telingaku
jadi tempelan di balik lemari
kutemukan mereka
di sini!
kupungut satu-satu
kurangkai jadi diri kembali
jangan sampai!
Aku telah tiada
dan tak pernah tahu
vaginaku sangat indah