blue zine-Elipsis Vol. 1

Putian
2 min readJan 5, 2023

--

Elipsis adalah salah satu seri blue zine yang hadir untuk memanggil pulang apa yang hilang, berusaha dihilangkan dan disembunyikan dari puan. Elipsis bagiku adalah upaya-upaya menemukan dan merangkul diri kembali.

Label Harga

Mereka bilang
cukup berikan
dia tiga ratus ribu
putus sekolah
dan terlalu muda

mereka bilang
cukup berikan
dia lima ratus ribu
sudah janda
jangan lupa tanpa pesta

mereka bilang
tak apa, memang pantas
berikan dia
lima puluh juta
atau yang diminta
kan kau tahu
pendidikannya,
orang tuanya

mereka bilang
berikan saja
dia tiga juta
baik tapi biasa saja

aku penasaran untukku
kira-kira berapa
namun
sebelum mereka beri label harga
aku sudah melepasnya
sebab dia dan aku
sama berharga tanpa label harga

Overripe

when I’m teen I got my penalty
they give me a price tag,
Overripe,
they say I’m overripe

I ask, “What is overripe?”
and they gave me a myth
a myth of something
too big, too bloom, too pretty
that’s the myth about being overripe

Bukan Vas Bunga

“Saat itu, aku tidak bisa berharap apa-apa lagi.”
ucapnya yang juga menjadi
waktu itu

waktu merupa tembok licin, larat didaki
kulirik vas bunga larutkan dirinya pada api
sayang cela belah tak sudi sirna
Apalah daya
ia hanya vas bunga

kata mereka,
tidak akan pula jadi semula!

maka jangan berulah cela sampai-sampai kena noda!
Sekali ternoda takkan sirna diseka


pada muka vas bunga kulihat diriku ini
ini diriku! milikku satu-satunya
milikku yang berharga tanpa harga akan selalu berharga.
hingga mati pun tak tertawar harganya.

Aku Juga

Aku tahu jari-jarimu mungkin masih biru
saat kau katakan,
aku juga

Aku tahu otakmu masih terasa beku
saat kau katakan,
aku juga

Aku melihat matamu masih ungu
saat kau katakan,
aku juga

Tapi percayalah,
meski langit jadi serpihan abu
dan lidahmu terpaku
dan rona ungu pada senja menghitam
aku akan menggenggam tanganmu
karena aku juga

Diri

kugrayangi diriku
ngeri
hanya duri kudapati

kugiring diri kepada cermin
kemana tangan dan kakiku?
kemana jantungku?
kemana mulut dan telingaku?
ngeri
hanya mata sendiri

aku menari ke sana kemari
kudapati jantungku
di tengah daging-daging
didagangkan

aku menari hari demi hari
kudapati tanganku dalam laci
terkunci

selama ini aku
hanya berlari tanpa henti
kudapati mulut juga telingaku
jadi tempelan di balik lemari

kutemukan mereka
di sini!
kupungut satu-satu
kurangkai jadi diri kembali

jangan sampai!

Aku telah tiada
dan tak pernah tahu
vaginaku sangat indah

--

--

Putian

Here I'll be writing lots of poetry about longing, self-love, and women's experiences and maybe a few short essays about my reflections on everyday things.